Rabu, 22 Agustus 2012

Surat tak bermakna

Mencari serpihan embun dalam kelopak bunga. Sungguh sia-sia, memisahkannya. Embun pun melimpah dalam angan.

Menenun angin menjadi selimut, letihkan tangan. Tapi lebih berarti, dari pada membuang tubuh dalam lumpur. Setidaknya temukan jawaban, angin tak dapat ditenun.

Gesekan ranting pun dapat menjadi nyanyian. Dulu seorang pelancong menceritakan, jauh di negeri seberang, orang-orang hidup seperti peri. Nyanyian alam menjadi atap rumah mereka. 
Dan...
Hari-hari begitu indah dalam semangkuk cinta. Seperti hidup di negeri dongeng. Kuntum bunga menjadi rumah dan orang-orang memiliki sayap. Ya, mereka dapat terbang.

Mengumpulkan embun lalu menjemput pelangi.
Menyusun awan menjadi tangga dan membangun istana di sana.
Istana yang tak mampu kau lihat.


3 komentar: